Thursday, January 22, 2009

8 MATA ANGIN

Suatu ketika di negeri Cina ada seorang murid yang telah bertahun2 belajarilmu kebijakan dari seorang maha guru di sebuah pulau terpencil. Dan ia merasa sudah sangat cukup menuntut ilmu. Ia merasa sedih tiba waktunya untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat di pulau seberang, tempat ia dilahirkan.

Singkat cerita, ia minta izin dan pamit pada sang guru untuk meninggalkan pulau terpencil itu. Sang murid tiba di tanah kelahirannya dan disambut baik oleh masyarakatnya. Beberapa waktu kemudian, ia telah berhasil mendirikan sebuah perguruan dan memiliki banyak murid. Ia pun lalu tersohor sebagai guru ilmu kebijakanyang dijadikan panutan.

Suatu saat ia teringat pada sang guru, di pulau terpencil sana. Ia ingin menunjukkan hasil pengabdiannya selama ini. Ia ingin menunjukkan prestasinya di masyarakat pada gurunya. Ia lalu menulis sebuah kitab yangberisi ajaran2 kebijakan. Kitab itu ia beri judul "Kitab Delapan MataAngin". Alasannya, karena siapa saja yang mengamalkan isi kitab itu, maka ia akan tetap tegar dalam kebenaran meskipun diterpa badai dan angin taufan dari 8 penjuru mata angin. Setelah memeriksanya berulang2, dan yakin akan isi kitab yang ditulisnya, ia mantap untuk mengirim kitab itu kepadagurunya.

Ia lalu mengutus salah satu muridnya untuk mengantar kitab itu ke pulauterpencil nun jauh di sana. Sang guru menerima kiriman "Kitab Delapan Mata Angin " dengan suka cita. Namun, tanpa diduga, setelah membaca isinya, sang maha guru itu mencoret2 sampul kitab itu dengan tulisan "Kamu ternyata tak lebih dari Angin Kentut belaka!" Sang guru mengembalikan kitab itu lewat utusan sang murid.

Dan betapa terkejutnya sang murid ketika menerima dan membaca tulisan gurunya disampul kitab kebanggaannya. Mukanya merah padam. Ia merasa terhina bukanbuatan."Guru ini tak bisa menghargai orang lain! Guru macam apa dia!" geramnyamarah. Hari itu juga ia langsung memutuskan untuk menyeberangi lautan menemuigurunya.

Ia ingin minta "pertanggungjawaban" sang guru. Ia ingin tau apa maksud gurunya menulis kata2 kasar di sampul kitabnya itu.Sampai di padepokan sang guru, ia langsung menemui gurunya. Dengan nada geram, ia bertanya pada gurunya, "Apa sebenarnya maksud guru menulis kata2 kotor seperti ini?" Ia tunjukkan sampul kitabnya itu pada gurunya.

Sang mahaguru menjawab dengan kalem, "Lho, katanya kamu mampu bertahan dari gempuran badai dan angin taufan dari 8 penjuru mata angin? Tapi kenapa hanya dengan tiupan angin kentut sudah membuatmu terpental dari pulau seberang ke pulau terpencil ini, dengan raut muka tidak karuan bentuknya, heh!?"Mendengar jawaban sang guru, sang murid malunya bukan kepalang. Ia sangat menyesali kesalahannya.

Ia langsung mendapatkan satu ilmu lagi dari gurunya yang sangat penting, bahwa setinggi apapun kebijakkan yang terucap di bibir atau tertulis di buku, tidak lebih berarti daripada yang terpatri dalam hati yang benar2 dihayati dan diamalkan dalam bentuk keteladanan nyata..Dan akhirnya sang murid pulang ke pulau seberang dan menutup perguruannya untuk sementara karena ingin berguru kembali ke pulau tetangga yang lain...

"Cerita hikmat dari negri Cina, inspirasi dari Tsai Chih Chung."